Ester
oleh Peter LauDalam episode selanjutnya, tampak Raja Ahasyweros sudah sadar dari mabuknya dan lebih tenang. Barulah teringat olehnya bahwa ia sudah membuang sang ratu dan harus mencari pengganti (2:1). Apakah ia sendiri yang membuat rencana itu? Lagi-lagi tidak. “Para biduanda” (orang-orang muda) yang mendampingi raja (2:2) mengajukan usul yang biasa dipikirkan oleh para pemuda. Mereka berkata, “Hendaklah orang mencari bagi raja gadis-gadis, yaitu anak-anak dara yang elok rupanya. . . . Dan gadis yang terbaik pada pemandangan raja, baiklah dia menjadi ratu ganti Wasti” (2:2-4). Saran ini membuat raja senang.
Kemudian, di luar dugaan, cerita beralih kepada seorang Yahudi bernama Mordekhai (2:5). Ia memiliki sepupu yang diasuhnya sejak kecil dan sudah dianggapnya seperti anak sendiri. Raja mencari gadis muda rupawan yang belum menikah dan Ester memenuhi kriteria tersebut, terlebih lagi, ia juga “elok perawakannya” (2:7). Segera saja, gadis itu dibawa dan dikumpulkan dalam balai perempuan milik raja (2:8). Di tempat ini, Ester disukai oleh sida-sida yang bertugas menjaga balai perempuan dan menjadi kesayangannya. Tak lama kemudian, ia pun dipindahkan ke tempat terbaik dalam balai perempuan milik raja (2:9).
Kehidupan balai perempuan raja tidaklah seindah yang kita bayangkan. Begitu Ester berada di sana, pada dasarnya ia menjadi tawanan di bawah pengawasan sida-sida (2:8). Menurut sejarah, para wanita dalam balai perempuan raja akan dikurung di sana seumur hidup. Ester bisa disebut sebagai tawanan sekaligus korban keadaan. Umat Allah, termasuk leluhur Mordekhai dan Ester, juga diangkut sebagai tawanan oleh raja Babel, Nebukadnezar (Ester 2:6; 2 Raja-Raja 25:1-21). Bukan salah Ester bila leluhurnya mengalami berbagai kejadian, terutama ketidaktaatan yang menyebabkan mereka diangkut ke Persia (2 Raja-Raja 24:1-4).
Namun, Raja Koresh mengeluarkan titah yang mengizinkan bangsa Yahudi kembali ke Tanah Perjanjian, kira-kira lima puluh tahun sebelum masa Raja Ahasyweros (2 Tawarikh 36:22-23). Leluhur Ester yang berada di pembuangan bisa saja pulang ke kampung halaman mereka saat itu, tetapi mereka tidak melakukannya. Kalau saja ia atau leluhurnya kembali ke negeri mereka, jauh dari Susan, tentu lebih mudah menghindari jerat sang raja. Di Tanah Perjanjian, kecil kemungkinan ia akan mengalami masalah seperti yang dihadapinya saat ini.
Allah tetap dapat memakai umat-Nya yang berada di luar Tanah Perjanjian, misalnya Nehemia. Kita tidak tahu pasti mengapa Ester dan Mordekhai tetap tinggal di Persia, tetapi Allah pasti dapat memakai orang-orang biasa yang memiliki kekurangan untuk menggenapi tujuan-tujuan-Nya. Allah sanggup memakai kita di mana pun kita berada.
Pernahkah Anda merasa menjadi korban dari keadaan atau keputusan dan tindakan orang lain? Apa yang akan Anda lakukan untuk membiarkan Allah tetap memakai diri Anda bahkan dalam situasi seperti itu?
Bacalah Roma 8:28. Setelah mengetahui bahwa Allah memakai setiap situasi bagi kebaikan orang-orang yang mengasihi Dia, pengharapan seperti apa yang Anda rasakan?
Anda dapat memberi dampak yang berarti
Persembahan kasih seberapa pun memampukan Our Daily Bread Ministries untuk menjangkau orang-orang dengan hikmat Alkitab yang mengubah hidup.
Komentar (0)