Mazmur 1 – 50

oleh Mike Raiter

Hari 12

Baca Mazmur 12

Emily Dickinson, penyair terkenal asal Amerika, pernah menulis puisi pendek yang sarat makna:

Perkataan yang jujur adalah fondasi bagi sebuah hubungan.

“Konon, sebuah kata menjadi mati saat diucapkan. Namun, kataku, justru saat itulah kata tersebut mulai hidup.”4

Kata yang telah diucapkan tak bisa ditarik kembali; dan kata-kata pun sangat berkuasa, dengan dampak yang bisa menyembuhkan atau justru merusak, bisa membangkitkan atau malah mematikan.

Mazmur 12 mengupas arti penting dari kata-kata. Pada bagian awal, Daud sangat putus asa karena mendapati betapa sedikitnya orang yang setia kepada Tuhan: “Telah lenyap orang-orang yang setia” (ay.2). Hal itu tampak lewat cara bicara mereka. Dari orang-orang fasik itu, Daud mendengar dusta, rayuan, tipu daya, dan sesumbar (ay.3-4). Mereka merasa bebas mengucapkan apa saja yang mereka mau tanpa ada yang akan menuntut pertanggungjawaban (ay.5).

Perkataan yang jujur adalah fondasi bagi sebuah hubungan. Bila perkataan kita penuh kebohongan dan kepalsuan, tak akan ada kepercayaan, persahabatan, maupun komunikasi yang nyata. Keluarga, gereja, dan masyarakat secara keseluruhan akan retak.

Orang jujur dan orang miskin menjadi korban dari lidah orang fasik. Sekali lagi, Daud berpaling kepada Allah dan bersukacita dalam firman-Nya karena Dia berjanji untuk “memberi keselamatan” dari orang-orang yang menindas mereka (ay.6). Daud, hamba Allah yang setia, menempatkan dirinya bersama orang-orang yang tertindas ini: “Engkau akan menjaga kami senantiasa terhadap angkatan ini” (ay.8). Tak seperti kata-kata orang fasik, firman Allah bisa dipercaya karena janji-Nya “murni, bagaikan perak yang teruji” (ay.7).

Pepatah mengatakan bahwa mata adalah jendela hati. Sesungguhnya, jendela yang mengungkapkan isi hati seseorang ialah cara bicaranya. Yesus berkata, “Yang diucapkan mulut meluap dari hati.” Oleh karena itu kita akan dihukum atau dibenarkan berdasarkan ucapan kita (Matius 12:34,37).

Paulus menasihatkan kita untuk tidak mengucapkan kata-kata kotor, sebaliknya memakai ucapan yang baik untuk membangun (Efesus 4:29). Menjadi bagian dari komunitas yang penuh dengan kata-kata kebenaran, kebaikan, penguatan, kerendahan hati, dan pujian merupakan sesuatu yang indah dan layak dinyanyikan.

4 Emily Dickinson, BrainyQuote.com, 10 Desember 2018, https://www.brainyquote.com/quotes/emily_dickinson_126002.

Renungkan:

Mengapa Daud menyamakan firman Allah dengan emas dan perak yang murni? Mengapa logam-logam itu menjadi ilustrasi yang tepat tentang firman Allah?

Bagaimana cara memastikan bahwa perkataan kita saling membangun, baik kepada satu sama lain maupun dalam komunitas jemaat?

comment

journal

share


writer1

Tentang Penulis

Mike Raiter is a preacher, preaching trainer and former Principal of the Melbourne School of Theology in Australia. He is now Director of the Centre for Biblical Preaching and the author of a number of books, including Stirrings of the Soul, which won the 2004 Australian Christian Book of the Year award.

Penulis Seri Perjalanan Iman:

Seri Perjalanan Iman®  adalah materi terbitan Our Daily Bread Ministries.

Misi kami adalah menjadikan hikmat Alkitab yang mengubahkan hidup dapat dimengerti dan diterima oleh semua orang.

Hak dan Izin  |  Syarat dan Ketentuan  |  Kebijakan Privasi