Mazmur 1 – 50

oleh Mike Raiter

Hari 26

Baca Mazmur 25

Rasa malu merupakan perasaan yang sangat kuat. Dalam banyak budaya, orang bisa melakukan apa pun untuk menghindari rasa malu atau kehilangan muka di depan umum. Mereka bisa memilih untuk berbohong, mencuri, bahkan membunuh ketimbang mendapat malu. Doa Daud dalam Mazmur 25 juga berbunyi, “Janganlah kiranya aku mendapat malu” (ay.2).

Saat kita lupa bahwa kita memerlukan pengampunan, kita pun akan melupakan indahnya anugerah Allah.

Konteks mazmur ini memang perseteruan antara Daud dengan musuhnya (ay.2-3,19), tetapi bukan itu fokus utamanya. Daud lebih takut bila ia mendapat malu di hadapan Allah ketimbang dipermalukan oleh musuh-musuh yang mengalahkannya. Dalam Perjanjian Lama, rasa malu “terutama merujuk pada kehancuran yang dialami oleh orang fasik”.6 Berulang kali Daud meminta Allah untuk tidak mengingat dosanya (ay.7,11,18). Ia bertekad untuk tetap mengarahkan pandangannya kepada Tuhan (ay.15) dan terus berpegang kepada perjanjian-Nya (ay.10).

Perhatikan urutannya. Pertama, pengakuan dan pertobatan itu penting. Daud tidak berusaha menyembunyikan dosa-dosanya, tetapi meminta pengampunan Tuhan (ay.7,11,18). Pengakuan dosa, baik di muka umum maupun secara pribadi, harus terus kita lakukan. Saat kita lupa bahwa kita memerlukan pengampunan, kita pun akan melupakan indahnya anugerah Allah.

Kedua, Daud memohon agar Tuhan mengajarkan jalan-jalan-Nya (ay.4,9,12). Ia sadar bahwa dirinya membutuhkan hikmat Allah yang dinyatakan dalam Kitab Suci untuk dapat terus menaati-Nya dan tinggal dalam kasih-Nya.

Ketiga, perjanjian Allah dengan Israel merupakan hubungan timbal balik dan inilah dasar segalanya. Jika umat tetap taat kepada-Nya, Allah akan mencurahkan kasih setia, pengampunan dosa, dan perlindungan dari segala musuh (Keluaran 34). Daud tahu bahwa perjanjian memiliki dua sisi: Allah yang setia dan menjaga hamba-Nya, tetapi hamba-Nya itu sendiri juga harus setia kepada-Nya. Karena itu, Daud pun bermazmur, “Semoga kebaikan dan kejujuran mengawal aku, sebab aku berharap kepada-Mu” (Mazmur 25:21 BIS; bdk. ay.10).

Ketika menulis surat Filipi dari balik penjara, Paulus pun memanjatkan doa serupa. Harapannya adalah agar ia “dalam segala hal tidak akan beroleh malu” (1:20). Di tengah kepungan musuhnya, Paulus berusaha tetap setia dalam cara hidup dan kesaksiannya. Ia lebih takut berdiri di hadapan Tuhan sebagai orang yang gagal memelihara iman daripada dianiaya oleh manusia. Paulus dan Daud tahu bahwa inilah rasa malu yang harus dihindari, maka mereka pun menaruh percaya dalam Allah.

6 Dictionary of New Testament Theology, vol. 3, s.v. “shame”.

Renungkan:

Mengapa Daud dapat yakin bahwa Allah tidak akan mengingat dosa masa mudanya (Mazmur 25:6-7)? Sebagai orang Kristen, mengapa kita pun yakin bahwa Tuhan sudah mengampuni kita?

Apa yang diajarkan dalam Mazmur 25 tentang karakter Allah? Bagaimana hal itu bisa meyakinkan Daud bahwa Tuhan akan memberikan apa yang dimintanya?

comment

journal

share


writer1

Tentang Penulis

Mike Raiter is a preacher, preaching trainer and former Principal of the Melbourne School of Theology in Australia. He is now Director of the Centre for Biblical Preaching and the author of a number of books, including Stirrings of the Soul, which won the 2004 Australian Christian Book of the Year award.

Penulis Seri Perjalanan Iman:

Seri Perjalanan Iman®  adalah materi terbitan Our Daily Bread Ministries.

Misi kami adalah menjadikan hikmat Alkitab yang mengubahkan hidup dapat dimengerti dan diterima oleh semua orang.

Hak dan Izin  |  Syarat dan Ketentuan  |  Kebijakan Privasi