Mazmur 1 – 50

oleh Mike Raiter

Hari 48

Baca Mazmur 48

Pada dekade 70-an, lagu rohani yang mengemas ayat-ayat Alkitab menjadi gerakan baru yang populer dalam aliran musik Kristen. Gerakan ini lahir sebagai upaya salah satu perusahan rekaman untuk memasukkan ayat-ayat Alkitab ke dalam lagu penyembahan kontemporer. Salah satu lagu yang paling awal dibuat didasarkan pada Mazmur 48, dan saya sering menyanyikannya ketika masih muda. Saat itu saya tidak mengerti mengapa orang Kristen menyanyikan lagu pujian tentang Yerusalem. Mengapa kita harus bersukacita atas kota yang telah dihancurkan oleh orang-orang Babel sekaligus tempat Mesias ditolak dan dibunuh?

Sekalipun mazmur ini bersukacita atas Sion, sebenarnya keindahan dan kekuatan kota itu bukan disebabkan oleh lokasinya yang strategis, melainkan karena “Allah tinggal di dalam puri-purinya”

Mazmur 48 dimulai dengan mengarahkan penyembahan kepada yang layak menerimanya, “Besarlah Tuhan dan sangat terpuji!” (ay.2). Sekalipun mazmur ini bersukacita atas Sion, sebenarnya keindahan dan kekuatan kota itu bukan disebabkan oleh lokasinya yang strategis, melainkan karena “Allah tinggal di dalam puri-purinya” (ay.4 BIS). Pada dasarnya, yang dipuji adalah Allah.

Bukit Sion adalah sebuah bukit di Yerusalem dengan ketinggian sekitar 760 meter di atas permukaan laut. Karena dikelilingi pegunungan, kota Yerusalem sulit diserang, terbukti dari lamanya pengepungan yang pernah dilakukan oleh bangsa Asyur dan Babel. Ayat 5 sampai 9 berbicara tentang ketangguhan Sion. Namun, sebenarnya bukan Yerusalem sendiri yang memukul mundur para penyerang dan membuat mereka ketakutan, melainkan karena ada Allah di tengah-tengahnya: “Engkau memecahkan [mereka]” (ay.8).

Ayat 10 sampai 12 mengingatkan di mana letak kebesaran kota itu, yakni bila orang-orang melihat serta mengalami kasih, kebenaran, dan keadilan Allah.

Mazmur ini diakhiri dengan ajakan, “Kelilingilah Sion dan edarilah dia” (ay.13). Ketika Nehemia selesai membangun kembali tembok-tembok kota, ia memerintahkan dua paduan suara untuk mengitari kota itu dari arah yang berlawanan dan “suara mereka yang riang gembira terdengar sampai jauh” (Nehemia 12:31-43 BIS). Barangkali saat itu mereka menyanyikan Mazmur 48.

Sekarang, bila kita membaca dan menyanyikan Mazmur 48, pikiran kita seharusnya tertuju pada Sion yang lain. Sebagai umat Allah, kita menanti-nantikan Yerusalem yang jauh lebih mulia. Dalam Wahyu 21:2-4, gereja digambarkan sebagai kota kudus yang turun dari surga. Ada sukacita yang luar biasa karena “kemah Allah ada di tengah-tengah manusia dan Ia akan diam bersama-sama dengan mereka” (ay.3). Yerusalem kuno merupakan simbol umat Allah di tempat kediaman Allah di bawah pemerintahan-Nya. Namun, kota itu memberontak dan dihancurkan. Kini, kita menantikan kota yang kekal, tempat Tuhan akan tinggal di antara kita dalam kasih, kebenaran, dan keadilan yang sempurna dan tak berkesudahan.


Renungkan:

Mazmur 48:13-14 mendorong kita untuk menyaksikan kekuatan Sion dan memberitakannya pada generasi berikutnya. Bagaimana kita menerapkannya pada gereja masa kini?

Menurut Anda, mengapa Wahyu 21:2-4 menggambarkan umat Allah sebagai sebuah kota? Mengapa kota menjadi kiasan yang tepat untuk Allah dan gereja-Nya?

comment

journal

share


writer1

Tentang Penulis

Mike Raiter is a preacher, preaching trainer and former Principal of the Melbourne School of Theology in Australia. He is now Director of the Centre for Biblical Preaching and the author of a number of books, including Stirrings of the Soul, which won the 2004 Australian Christian Book of the Year award.

Penulis Seri Perjalanan Iman:

Seri Perjalanan Iman®  adalah materi terbitan Our Daily Bread Ministries.

Misi kami adalah menjadikan hikmat Alkitab yang mengubahkan hidup dapat dimengerti dan diterima oleh semua orang.

Hak dan Izin  |  Syarat dan Ketentuan  |  Kebijakan Privasi