Mazmur 1 – 50

oleh Mike Raiter

Hari 17

Baca Mazmur 17

Tidak diketahui secara pasti kapan Daud menulis mazmur ini. Namun, peristiwa yang dicatat dalam 1 Samuel 24 tampaknya sangat cocok. Saul, yang sedang berusaha mengejar dan membunuh Daud, tanpa sengaja memasuki gua tempat persembunyian Daud dan anak buahnya. Pengikut Daud menganggapnya sebagai kesempatan dari Tuhan untuk membunuh si raja jahat. Namun, bagi Daud, Saul dengan segala kekurangannya tetaplah raja yang diurapi Allah. Ia tidak boleh melukai Saul. Jadi, Daud melepaskannya. Ia berteriak kepada Saul, “Aku tidak berbuat dosa terhadap engkau, walaupun engkau ini mengejar-ngejar aku untuk mencabut nyawaku” (ay.12). Daud meyakinkan Saul bahwa ia tidak akan melukainya, melainkan “Tuhanlah kiranya yang membalas perbuatan Baginda terhadap hamba” (ay.13 BIS).

Ada penghiburan besar saat kita yang mengasihi Sang Anak dan diangkat menjadi saudara-saudari-Nya, juga mendapat bagian dalam sukacita Bapa.

Daud berdoa meminta Allah melepaskannya dari musuh. Seandainya saat memanjatkan doa ini, Daud telah merencanakan pembalasannya sendiri, maka doa ini tidak mungkin tulus (Mazmur 17:1). Daud sadar ada yang lebih berharga daripada nyawa, yaitu integritas dirinya. Allah tahu segala sesuatu tentang Daud, seperti kata mazmurnya, “Engkau menguji hatiku, memeriksanya pada waktu malam, dan menyelidiki aku” (ay.3). Demikian pula kita, sama seperti Daud, harus memastikan bahwa ucapan mulut kita sama dengan isi hati kita (Mazmur 19:15).

Di tengah mazmur ini, Daud melukiskan dua gambaran yang indah tentang hubungannya dengan Allah. Ia meminta kepada Tuhan, “Peliharalah aku seperti biji mata” (ay.8). Mata adalah bagian tubuh yang paling berharga. Beberapa kali Tuhan memakai ungkapan ini untuk menggambarkan kasih-Nya kepada umat-Nya (bdk. Ulangan 32:10; Zakharia 2:8). Dalam hal ini, mazmur mengungkapkan tempat Daud yang istimewa dalam hati Allah.

Daud lalu berkata, “Sembunyikanlah aku dalam naungan sayap-Mu” (Mazmur 17:8). Daud kerap melukiskan Allah sebagai rajawali perkasa dengan anak-anak yang berlindung di bawah sayap-Nya yang kuat (bdk. 36:8; 57:2; 61:5; 63:8).

Tiada yang lebih menyukakan hati Allah selain Anak-Nya sendiri, Tuhan Yesus. Dialah biji mata Bapa senantiasa. Ada penghiburan besar saat kita yang mengasihi Sang Anak dan diangkat menjadi saudara-saudari-Nya, juga mendapat bagian dalam sukacita Bapa.Tiada kehormatan yang lebih besar daripada menjadi biji mata Allah.


Renungkan:

Apa yang menjadi dasar keyakinan Daud bahwa Allah akan mendengar dan menjawab doanya (Mazmur 17:1)? Bagaimana hal ini mempengaruhi doa kita?

“Tunjukkanlah kasih setia-Mu yang ajaib” (ay.7). Seperti apakah keajaiban kasih setia Tuhan yang pernah Anda lihat sendiri?

comment

journal

share


writer1

Tentang Penulis

Mike Raiter is a preacher, preaching trainer and former Principal of the Melbourne School of Theology in Australia. He is now Director of the Centre for Biblical Preaching and the author of a number of books, including Stirrings of the Soul, which won the 2004 Australian Christian Book of the Year award.

Penulis Seri Perjalanan Iman:

Seri Perjalanan Iman®  adalah materi terbitan Our Daily Bread Ministries.

Misi kami adalah menjadikan hikmat Alkitab yang mengubahkan hidup dapat dimengerti dan diterima oleh semua orang.

Hak dan Izin  |  Syarat dan Ketentuan  |  Kebijakan Privasi