Mazmur 1 – 50

oleh Mike Raiter

Hari 3

Baca Mazmur 3

Mengenal Allah dan setia kepada-Nya tidak serta merta membuat kita bebas dari masalah dan pertentangan. Adakalanya persoalan hidup terasa menyesakkan. Mazmur 3 berbicara tentang keadaan itu.

Mazmur ini mengajarkan bahwa Allah adalah perisai yang akan mengangkat kita. Jadi, hendaklah kita mencari Dia yang memberi kelepasan.

Pasal ini mengingatkan adanya tiga rangkap cara dalam membaca tulisan-tulisan mazmur. Pertama, setiap mazmur mencerminkan situasi kehidupan penulisnya. Kedua, mazmur selalu mengarah kepada Tuhan Yesus, pusat dari seluruh Kitab Suci (lihat Lukas 24:44). Ketiga, mazmur juga ditujukan bagi kehidupan dan pengalaman kita masing-masing.

Mazmur 2 berbicara tentang bangsa-bangsa yang bertindak bodoh dengan melawan raja yang diurapi Allah, dan akhirnya rancangan mereka pasti gagal (Mazmur 2:1-2). Mazmur 3 melanjutkan bahwa kebenaran tadi terwujud dalam peristiwa sejarah. Inilah mazmur pertama yang mencantumkan penulis dan latar belakang penulisannya. Daud menggubahnya ketika sedang melarikan diri dari Absalom, putranya yang berusaha merebut takhta (2 Samuel 15–17).

Kalimat pembukanya menyatakan betapa Daud kewalahan oleh banyaknya seteru. Ia putus asa karena jumlah mereka lebih besar (Mazmur 3:2), terlebih ketika musuhnya mencemooh iman Daud kepada Allah (ay.3).

Namun, mazmur ratapan ini penuh dengan pengharapan. Allah adalah perisai pelindung Daud dan Dia akan memulihkan martabat yang dijatuhkan lawan (ay.4). Karena besarnya kepercayaan Daud kepada Tuhan, ia tetap dapat tidur lelap di tengah persoalan (ay.6).

Daud memohon agar Allah menghakimi musuh-musuhnya: ”Bangkitlah, Tuhan, tolonglah aku,  ya Allahku! Ya, Engkau telah memukul rahang semua musuhku, dan mematahkan gigi orang-orang fasik” (ay.8; 2:9). Ratapan ini pun berakhir dengan ungkapan kesejahteraan Daud karena ia percaya kepada Allah, sumber keselamatan.

Yesus sendiri, sepanjang hidup-Nya, terutama sebelum penyaliban, dikelilingi oleh banyak orang yang berusaha membinasakan-Nya. Namun, di tengah perseteruan itu Dia menunjukkan iman yang berkenan kepada Allah (Lukas 22:42). Sebagai Raja sejati atas dunia, Dialah teladan iman kita yang tertinggi.

Mazmur 3 berakhir dengan berkat bagi seluruh umat Allah (ay.9). Seperti Daud, terkadang kita menghadapi permusuhan dari orang lain atau tekanan beban hidup. Mazmur ini mengajarkan bahwa Allah adalah perisai yang akan mengangkat kita. Jadi, hendaklah kita mencari Dia yang memberi kelepasan.


Renungkan:

“Puluhan ribu orang . . . mengepung aku” (Mazmur 3:7). Pernahkah Anda merasa kewalahan seperti itu? Apa saja yang menghalangi kepercayaan Anda kepada Allah di tengah situasi tersebut?

Apakah Allah selalu membebaskan kita dari musuh? Pembebasan seperti apa yang kita yakini pasti terjadi?

comment

journal

share


writer1

Tentang Penulis

Mike Raiter is a preacher, preaching trainer and former Principal of the Melbourne School of Theology in Australia. He is now Director of the Centre for Biblical Preaching and the author of a number of books, including Stirrings of the Soul, which won the 2004 Australian Christian Book of the Year award.

Penulis Seri Perjalanan Iman:

Seri Perjalanan Iman®  adalah materi terbitan Our Daily Bread Ministries.

Misi kami adalah menjadikan hikmat Alkitab yang mengubahkan hidup dapat dimengerti dan diterima oleh semua orang.

Hak dan Izin  |  Syarat dan Ketentuan  |  Kebijakan Privasi