Mazmur 1 – 50

oleh Mike Raiter

Hari 22

Baca Mazmur 22:2-12

Suasana Mazmur 22 berubah drastis dari pasal sebelumnya. Mazmur 21 ditutup dengan pernyataan Daud bersama umat, “Kami mau menyanyikan dan memazmurkan keperkasaan-Mu” (ay.14), sedangkan Mazmur 22 dimulai dengan ratapan mengenaskan, “Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan aku?” (ay.2).

Allah memalingkan wajah-Nya dari Yesus agar Dia dapat menghadapkan wajah-Nya kepada kita dan memberikan pengampunan, rahmat, dan kasih.

Bukan kebetulan Mazmur 22 diletakkan setelah Mazmur 21. Penempatan ini bertujuan untuk mengingatkan kita bahwa kemenangan-kemenangan diperoleh dengan pengorbanan yang sangat besar. Mazmur 21 bernubuat tentang Yesus, dan hal itu lebih jelas lagi dalam Mazmur 22, bahkan tiada mazmur lain yang sejelas Mazmur 22 dalam menggambarkan penderitaan Tuhan Yesus di kayu salib.

Mazmur 22 adalah kisah sang raja dari keputusasaan menuju kelepasan. Dalam bagian pertama, Daud mengungkapkan perasaan yang begitu menyakitkan bahwa Allah telah meninggalkannya. Penderitaan terasa berat karena Allah tampak diam saja. Sepanjang sejarah, banyak cerita Allah yang menyelamatkan umat-Nya secara dahsyat, tetapi mengapa kini Dia meninggalkan kita? (ay.5-6).

Saat menderita di kayu salib, Yesus memakai Mazmur 22 untuk mengungkapkan kepedihan sekaligus pengharapan-Nya. Dia berseru, “Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?” (Matius 27:46). Yang luar biasa, ejekan para pemimpin Yahudi sudah dinubuatkan dalam mazmur ini. Seperti kata Mazmur 22:9, mereka mengejek, “Ia menaruh harapan-Nya pada Allah: baiklah Allah menyelamatkan Dia, jikalau Allah berkenan kepada-Nya!” (Matius 27:43).

Seruan pilu dalam Mazmur 22 itulah yang paling kuat menggambarkan penderitaan Yesus. Meski Dia tahu bahwa Allah adalah Bapa-Nya (cth. Lukas 23:34,46) dan bahwa Dia akan bangkit lagi, perasaan Yesus ditinggalkan oleh Allah sungguh nyata dan mengerikan. Untuk beberapa lama—dengan cara yang takkan pernah dapat kita mengerti—Anak Allah yang sejak kekekalan telah mengenal hadirat Bapa dan tinggal dalam kasih-Nya yang sempurna, kini tak dapat merasakan hadirat Allah.

Inilah berita Injil yang mengagumkan: Yesus ditinggalkan agar kita tidak lagi ditinggalkan oleh Allah. Allah memalingkan wajah-Nya dari Yesus agar Dia dapat menghadapkan wajah-Nya kepada kita dan memberikan pengampunan, rahmat, dan kasih.


Renungkan:

Pernahkah Anda merasa ditinggalkan Allah? Penghiburan apa yang bisa Anda dapatkan dari Mazmur 22 pada saat-saat seperti itu?

Apa perbedaan rasa ditinggalkan yang dialami Yesus dengan yang kita alami?

comment

journal

share


writer1

Tentang Penulis

Mike Raiter is a preacher, preaching trainer and former Principal of the Melbourne School of Theology in Australia. He is now Director of the Centre for Biblical Preaching and the author of a number of books, including Stirrings of the Soul, which won the 2004 Australian Christian Book of the Year award.

Penulis Seri Perjalanan Iman:

Seri Perjalanan Iman®  adalah materi terbitan Our Daily Bread Ministries.

Misi kami adalah menjadikan hikmat Alkitab yang mengubahkan hidup dapat dimengerti dan diterima oleh semua orang.

Hak dan Izin  |  Syarat dan Ketentuan  |  Kebijakan Privasi