Mazmur 1 – 50

oleh Mike Raiter

Hari 18

Baca Mazmur 18

Suatu kali, saya menghadiri pemakaman seorang jemaat gereja yang setia. Namun, dalam semua pidato kenangan, tak satu pun yang menyinggung tentang Allah atau iman. Mazmur 18 kemungkinan ditulis Daud menjelang akhir hidupnya. Ia mengenang “waktu Tuhan telah melepaskan dia dari cengkeraman semua musuhnya dan dari cengkeraman Saul” (2 Samuel 22:1). Inilah kisah hidup Daud yang berbicara tentang Allah dan kasih setia-Nya.

Sebagai orang yang selalu membutuhkan pengampunan Allah, kita juga harus sungguh-sungguh mengingat perkataan Yesus bahwa yang akan melihat Allah hanyalah orang yang suci hatinya

Mazmur 18 terdiri dari tiga bagian. Ayat 2-20 berisi pujian Daud kepada Allah karena Dia telah melepaskan Daud. Ia tahu ke mana harus berpaling dalam bahaya atau kesulitan: “Aku berseru kepada Tuhan” (ay.4,7). Adakalanya Daud merasakan maut datang mendekat, bagai tersapu arus deras kejahatan dan terseret ke dalam dunia orang mati (ay.5-6). Dalam kiasan dramatis yang mengingatkan kita akan pembebasan Israel dari Mesir, Daud melukiskan bagaimana Allah datang menyelamatkannya (ay.7-18). Daud diselamatkan dari musuh-musuhnya oleh kuasa yang dahulu pernah membelah Laut Merah. Paulus juga berbicara kepada orang-orang Kristen tentang “betapa hebat kuasa-Nya bagi kita yang percaya, sesuai dengan kekuatan kuasa-Nya, yang dikerjakan-Nya di dalam Kristus dengan membangkitkan Dia dari antara orang mati” (Efesus 1:19-20).

Dalam Mazmur 18:21-28, Daud mengakui bahwa Allah telah memperlakukan dirinya “sesuai dengan kebenaran-[nya]” (ay.21). Mungkin kita berpikir, bagaimana mungkin seorang pezinah dan pembunuh seperti Daud (lihat 2 Samuel 11) dapat mengatakan hal ini. Daud sangat menyadari dosa-dosanya dan besarnya pengampunan Allah (lihat Mazmur 51), tetapi ia juga tahu bahwa Tuhan menghendaki ketaatan yang konsisten dalam hidup orang yang percaya kepada-Nya. Meninjau kehidupannya, Daud bisa mengatakan bahwa ia telah setia kepada Tuhan (18:22-24). Sebagai orang yang selalu membutuhkan pengampunan Allah, kita juga harus sungguh-sungguh mengingat perkataan Yesus bahwa yang akan melihat Allah hanyalah orang yang suci hatinya (Matius 5:8).

Akhirnya, Daud mengakui segala pencapaiannya hanyalah karena kuasa Allah yang melampaui akal (Mazmur 18:29-51). Tentang musuhnya, Daud bermazmur, “Aku meremukkan mereka, sehingga mereka tidak dapat bangkit lagi” (ay.39) dan “Kaubuat musuhku lari dari padaku” (ay.41). Dengan keyakinan yang sama, Rasul Paulus mendorong kita untuk tetap mengerjakan keselamatan kita “karena Allahlah yang mengerjakan di dalam kamu” (Filipi 2:12-13).


Renungkan:

Pada usia Anda saat ini, bagaimana Anda memberi kesaksian tentang kasih setia Allah bagi Anda?

Bagaimana Anda menyikapi realita penderitaan yang tampaknya bertentangan dengan nyanyian kemenangan Daud dalam Mazmur 18:29-51? Bandingkan perkataan Daud saat mengalami ujian ini dengan perkataan Paulus dalam 2 Korintus 4:7-18.

comment

journal

share


writer1

Tentang Penulis

Mike Raiter is a preacher, preaching trainer and former Principal of the Melbourne School of Theology in Australia. He is now Director of the Centre for Biblical Preaching and the author of a number of books, including Stirrings of the Soul, which won the 2004 Australian Christian Book of the Year award.

Penulis Seri Perjalanan Iman:

Seri Perjalanan Iman®  adalah materi terbitan Our Daily Bread Ministries.

Misi kami adalah menjadikan hikmat Alkitab yang mengubahkan hidup dapat dimengerti dan diterima oleh semua orang.

Hak dan Izin  |  Syarat dan Ketentuan  |  Kebijakan Privasi