Mazmur 1 – 50

oleh Mike Raiter

Hari 6

Baca Mazmur 6

Sebagian besar orang merasa tidak nyaman dengan air mata. Saya malu jika sampai menangis saat menonton film. Sering kali, kita juga merasa rikuh ketika orang yang sedang mencurahkan pergumulannya mulai menangis, bahkan kita berkata, “Jangan menangis,” seolah air mata merupakan reaksi yang tidak semestinya. Namun, Alkitab tak pernah melarang kita menangis.

Dalam masa-masa kelam seperti itu, pribadi pertama yang bisa dihampiri adalah Allah.

Dalam mazmur ini, Daud berkata, ”Dengan air mataku aku membanjiri ranjangku”(Mazmur 6:7). Saat membaca Mazmur, kita perlu ingat bahwa ini adalah puisi dan biasa memakai ungkapan yang berlebih-lebihan. Meski demikian, jelas bahwa Daud sedang mengalami pergumulan hidup yang berat.

Apa pun yang menyebabkan Daud tertekan, ia tahu bahwa dirinya tak berhak menuntut Allah untuk membebaskannya. Ketika mengingat kembali dosa-dosa dalam hidupnya, yang bisa ia lakukan hanyalah menyerahkan diri kepada belas kasihan Allah (ay.2-3).

Setiap bagian dalam diri kita saling berhubungan. Tekanan mental yang kita alami dapat mempengaruhi kesehatan jasmani, emosi, dan rohani. Inilah yang terjadi pada Daud; tubuh dan jiwanya merana (ay.3-4).

Dalam masa-masa kelam seperti itu, pribadi pertama yang bisa dihampiri adalah Allah. Seperti Daud, kita dapat mempercayai bahwa Dia pasti mendengar dan menjawab—bukan karena kita layak, melainkan “karena kasih setia-Mu” (ay.5). Setelah dibebaskan Tuhan, Daud dapat mengakui kebaikan Allah di hadapan bangsanya (ay.6).

Sumber penderitaan Daud adalah para lawannya (ay.8). Tidak ada penjelasan rinci, tetapi kemungkinan mereka mengancam nyawanya. Musuh hadir dalam berbagai bentuk. Ada musuh spiritual tak terlihat yang berusaha menghancurkan kita. Kadang, jalan hidup itu sendiri berbalik melawan kita.

Saat mempelajari Mazmur 6 dan merenungkan keluh kesah Daud, jangan lupakan kata-kata pengharapan yang indah pada bagian akhir, “Tuhan telah mendengar tangisku” (ay.9) dan “menerima doaku” (ay.10), “semua musuhku mendapat malu dan sangat terkejut; mereka mundur dan mendapat malu dalam sekejap mata” (ay.11). Kita bahkan memiliki keyakinan yang lebih besar daripada Daud karena kita tahu bahwa “penindasan atau kesesakan atau penganiayaan, atau kelaparan atau ketelanjangan, atau bahaya, atau pedang” tidak dapat memisahkan kita dari kasih Kristus (Roma 8:35). Bersama Daud, kita dapat meyakini bahwa “Tuhan telah mendengar permohonanku” (Mazmur 6:10).


Renungkan:

Apa saja penyebab kesusahan dalam hidup Anda?

Apa saja prinsip kebenaran yang Anda dapatkan dari mazmur ini sebagai penghiburan pada masa-masa sulit?

comment

journal

share


writer1

Tentang Penulis

Mike Raiter is a preacher, preaching trainer and former Principal of the Melbourne School of Theology in Australia. He is now Director of the Centre for Biblical Preaching and the author of a number of books, including Stirrings of the Soul, which won the 2004 Australian Christian Book of the Year award.

Penulis Seri Perjalanan Iman:

Seri Perjalanan Iman®  adalah materi terbitan Our Daily Bread Ministries.

Misi kami adalah menjadikan hikmat Alkitab yang mengubahkan hidup dapat dimengerti dan diterima oleh semua orang.

Hak dan Izin  |  Syarat dan Ketentuan  |  Kebijakan Privasi