Mazmur 1 – 50

oleh Mike Raiter

Hari 28

Baca Mazmur 27

Suatu kali, Pippa, anak saya, ditanya tentang kriteria suami seperti apa yang ia cari. Jawabnya, “Seorang pria yang mengasihi Allah melebihi cintanya kepadaku.” Jawaban yang bijak! Memang, perintah yang terutama adalah mengasihi Tuhan, Allah kita, dengan segenap hati dan pikiran kita (Matius 22:37-38), dan ciri iman sejati adalah kasih yang sungguh kepada Allah. Dalam Mazmur 27, Daud mengungkapkan kasihnya kepada Allah dengan cara yang indah.

Ketika mengalami dan memahami dalamnya kasih Allah, hati kita tergerak untuk menyanyi.

Mazmur 27 ini masih sejalan dengan dua mazmur sebelumnya. Daud rindu mengenal jalan-jalan Allah supaya dapat menyenangkan Dia dalam segala perbuatannya (25:4-5). Ia juga bersukacita di dalam rumah Allah (26:8).

Mazmur ini dimulai dengan ungkapan kepercayaan Daud kepada perlindungan Allah (27:1-3). Dengan menggunakan kiasan dari dunia peperangan (“benteng hidupku”), Daud menyatakan bahwa Allah akan menjaganya, baik dalam peperangan maupun sepanjang hidupnya.

Pusat kehidupan Israel adalah Kemah Suci, yang kemudian dibangun menjadi Bait Allah, tempat kediaman-Nya. Daud rindu tinggal bersama Allah selamanya—Paulus juga mengungkapkan kerinduan yang sama kepada sang Juruselamat dalam tulisannya, “Segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku” (Filipi 3:8). Kerinduan Daud membuatnya serta merta memuji, “Aku mau menyanyi dan bermazmur bagi Tuhan” (Mazmur 27:6).

Inilah yang dirasakan banyak orang percaya sepanjang sejarah. Ketika mengalami dan memahami dalamnya kasih Allah, hati kita tergerak untuk menyanyi. Kita bernyanyi bukan semata karena Allah memerintahkannya (cth. Mazmur 9:12), melainkan karena keajaiban keselamatan, perlindungan, kehadiran, dan keindahan Allah lebih dari sekadar untuk dipelajari atau dikhotbahkan. Itulah sebabnya ada Mazmur dalam Alkitab sebagai kitab pujian bagi umat Allah.

Mazmur 27 adalah lagu dari hati seseorang yang terpesona oleh Allah yang berseru, “Carilah wajah-Ku” (ay.8). Ke mana hati melangkah, ke situlah kehendak turut. Jadi, Daud pun menjawab, “Maka wajah-Mu kucari, ya Tuhan” (ay.8). Daud merindukan perjumpaan yang karib dengan Allah, dan ia tahu bahwa Allah tidak akan menolaknya (ay.9-10). Namun, ia juga tahu bahwa ia perlu menantikan saatnya ketika ia—dan kita semua—kelak bertemu muka dengan Allah (ay.13-14).


Renungkan:

Mengapa orang Kristen bernyanyi? Apa peran Mazmur dalam penyembahan di gereja Anda?

Allah sudah berjanji, “Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau” (Ibrani 13:5). Masih pantaskah orang Kristen berdoa, “Janganlah membuang aku dan janganlah meninggalkan aku” (Mazmur 27:9)? Mengapa?

comment

journal

share


writer1

Tentang Penulis

Mike Raiter is a preacher, preaching trainer and former Principal of the Melbourne School of Theology in Australia. He is now Director of the Centre for Biblical Preaching and the author of a number of books, including Stirrings of the Soul, which won the 2004 Australian Christian Book of the Year award.

Penulis Seri Perjalanan Iman:

Seri Perjalanan Iman®  adalah materi terbitan Our Daily Bread Ministries.

Misi kami adalah menjadikan hikmat Alkitab yang mengubahkan hidup dapat dimengerti dan diterima oleh semua orang.

Hak dan Izin  |  Syarat dan Ketentuan  |  Kebijakan Privasi