Mazmur 1 – 50

oleh Mike Raiter

Hari 13

Baca Mazmur 13

Banyak orang Kristen kerap mengalami kesulitan berdoa. Di tengah kesibukan, berat rasanya menjaga kehidupan doa yang teratur dan disiplin. Apalagi, bila Allah seolah tak mendengar atau menjawab, semakin sulit bagi kita untuk tetap berdoa. Kita meminta pekerjaan, kesembuhan, keselamatan anggota keluarga, tetapi kadang sepertinya doa-doa itu tidak didengar Allah.

Allah mengizinkan kita mengekspresikan emosi manusiawi kita dan berseru, “Berapa lama lagi, Tuhan?”

Banyak mazmur berisi ungkapan keputusasaan semacam itu dari umat Allah yang bertanya-tanya mengapa Dia terasa begitu jauh di masa penderitaan mereka. Dua kalimat pertama dalam Mazmur 13 sarat dengan keluhan Daud, “Berapa lama lagi?” Ia merasa dilupakan Allah dan bertanya-tanya apakah Dia akan mendengar seruan minta tolongnya (ay.2). Sekali lagi, kesusahan Daud ini disebabkan oleh sejumlah musuh yang tidak disebutkan, dan kebisuan Allah membuat penderitaannya semakin dalam sehingga hatinya sedih (ay.3).

Pada awal mazmur, ia berdoa, “Berapa lama lagi Kausembunyikan wajah-Mu terhadap aku?” (ay.2). “Pandanglah kiranya, jawablah aku, ya Tuhan,” kata Daud selanjutnya (ay.4). Dalam kitab Bilangan, Allah memerintahkan Harun untuk mengucapkan berkat bagi orang Israel demikian, “Tuhan memberkati engkau dan melindungi engkau; Tuhan menyinari engkau dengan wajah-Nya dan memberi engkau kasih karunia; Tuhan menghadapkan wajah-Nya kepadamu dan memberi engkau damai sejahtera” (Bilangan 6:24-26). Allah menghadapkan wajah-Nya (memandang) kepada umat untuk memberkati, dan inilah yang Daud minta dari Tuhan.

Kitab Mazmur penuh dengan nyanyian ratapan umat Allah. Namun, hampir semuanya ditutup bukan dengan kata-kata keputusasaan, melainkan pengharapan. Di sini, Daud percaya dan bergirang dalam keselamatan dari Allah dan bermazmur tentang kebaikan Allah. Hal itu bukan berarti rasa sakit dan masalahnya telah hilang, tetapi di tengah ratapan ia tetap memiliki iman dan bersukacita.

Allah mengizinkan kita mengekspresikan emosi manusiawi kita dan berseru, “Berapa lama lagi, Tuhan?” Tuhan tahu bahwa mempertahankan iman di dunia yang tak bersahabat ini tidaklah mudah, maka Dia memberikan mazmur-mazmur ratapan sebagai sarana untuk mencurahkan kesulitan kita kepada-Nya dan untuk menguatkan kepercayaan kita akan kesetiaan dan kuasa-Nya.

Sering kali kita tak tahu mengapa Allah terkadang tampak menunda-nunda untuk menjawab doa kita. Dalam perumpamaan tentang janda yang gigih (dan hakim yang tak benar, Lukas 18:1-8), Yesus mengajarkan bahwa Dia pasti mendengar dan menjawab seruan kita meminta keadilan. Selagi menunggu, tetaplah setia berdoa, sebab “jika Anak Manusia itu datang, adakah Ia mendapati iman di bumi?” (ay.8).


Renungkan:

Pernahkah Anda merasa doa-doa Anda begitu lama dijawab oleh Allah? Bagaimana seharusnya sikap kita menanggapi situasi tersebut?

Di tengah kepedihan, keraguan, dan penderitaan, bagaimana Daud masih bisa menyanyikan pujian bagi Allah? Apa yang bisa kita pelajari dari hal ini?

comment

journal

share


writer1

Tentang Penulis

Mike Raiter is a preacher, preaching trainer and former Principal of the Melbourne School of Theology in Australia. He is now Director of the Centre for Biblical Preaching and the author of a number of books, including Stirrings of the Soul, which won the 2004 Australian Christian Book of the Year award.

Penulis Seri Perjalanan Iman:

Seri Perjalanan Iman®  adalah materi terbitan Our Daily Bread Ministries.

Misi kami adalah menjadikan hikmat Alkitab yang mengubahkan hidup dapat dimengerti dan diterima oleh semua orang.

Hak dan Izin  |  Syarat dan Ketentuan  |  Kebijakan Privasi