Mazmur 1 – 50

oleh Mike Raiter

Hari 31

Baca Mazmur 30

Bersaksi adalah kegiatan yang sudah akrab dalam kehidupan orang Kristen, entah saat bercakap-cakap dengan teman atau menceritakan pengalaman iman di hadapan jemaat. Dalam kesaksian itu, kita sering bercerita tentang kesusahan maupun kegagalan kita. Namun, mazmur hari ini mengajarkan bahwa inti kesaksian orang Kristen seharusnya adalah kebaikan dan anugerah Allah, serta bagaimana melalui keadaan baik ataupun buruk, “ratapanku telah Kauubah menjadi tarian gembira” (Mazmur 30:12 BIS).

Daud tahu seperti apa pedihnya ratapan, tetapi ia bersaksi bahwa anugerah Allah mengubah air mata menjadi pujian.

Bagian pendahuluan Mazmur 30 memberi tahu bahwa lagu ini digubah sebagai persembahan untuk pentahbisan Bait Suci. Memang, Bait Suci baru dibangun dan ditahbiskan pada zaman Salomo, setelah Daud mati (1 Raja-Raja 8). Jadi, kemungkinan Daud menyanyikan mazmur ini untuk pertama kalinya ketika ia mengangkut Tabut Perjanjian ke Yerusalem sambil menari di hadapan Tuhan (2 Samuel 6:12-15).

Daud mengawalinya dengan meninggikan nama Tuhan, sebab Tuhan telah mengangkat dirinya (Mazmur 30:2). Allah sudah menyelamatkan hidup Daud, barangkali dari penyakit yang mengancam hidupnya (ay.3, “Engkau telah menyembuhkan aku”) atau dari serangan dari musuh-musuhnya (ay.2), atau mungkin juga keduanya. Ia bersaksi bahwa Allah telah menyelamatkan hidupnya, lantas mengajak bangsa Israel memuji Allah bersamanya.

Daud tidak menyembunyikan kesalahan-kesalahannya. Ia pernah mengalami murka Tuhan akibat dosa-dosanya (ay.6). Ada pula masa kejayaan yang membuat ia berpuas diri (ay.7). Allah pun mengguncangkan rasa puas yang tidak sehat itu dengan menyembunyikan wajah-Nya dari Daud (ay.8). Meski demikian, Daud menyaksikan bahwa kemarahan Tuhan hanyalah sesaat, sedangkan kasih karunia-Nya kekal selama-lamanya. Alangkah indahnya kebenaran ini.

Beberapa waktu lalu, seorang pria mengaku bahwa sudah tujuh tahun lamanya ia tidak bergereja karena merasa sangat bersalah atas suatu dosa yang pernah diperbuatnya. Ia berpikir bahwa Tuhan memurkainya seumur hidup. Itu tidak benar. Kemarahan Tuhan berlalu seperti malam, dan ketika kita bangun, kasih anugerah-Nya telah kembali bercahaya (ay.6).

Dalam banyak tradisi Kristen, Mazmur 30 dibacakan pada saat Paskah. Agustinus, seorang bapa gereja, menafsirkan mazmur ini sebagai nyanyian “sukacita kebangkitan.”7 Tidak akan ada kebangkitan tanpa salib, sama seperti tidak ada siang tanpa malam hari. Daud tahu seperti apa pedihnya ratapan, tetapi ia bersaksi bahwa anugerah Allah mengubah air mata menjadi pujian.

7 Agustinus, “Exposition on Psalm 30”, dalam Nicene and Post-Nicene Fathers, editor Philip Schaff, seri pertama, vol.8 (Buffalo, NY: Christian Literature Publishing, 1888).

Renungkan:

Kesaksian apa yang dapat Anda sampaikan tentang anugerah keselamatan Allah?

Faktor-faktor apa saja yang bisa menyebabkan kita berpuas diri dan mandek dalam pertumbuhan rohani? Bagaimana cara mencegah atau mengatasinya?

comment

journal

share


writer1

Tentang Penulis

Mike Raiter is a preacher, preaching trainer and former Principal of the Melbourne School of Theology in Australia. He is now Director of the Centre for Biblical Preaching and the author of a number of books, including Stirrings of the Soul, which won the 2004 Australian Christian Book of the Year award.

Penulis Seri Perjalanan Iman:

Seri Perjalanan Iman®  adalah materi terbitan Our Daily Bread Ministries.

Misi kami adalah menjadikan hikmat Alkitab yang mengubahkan hidup dapat dimengerti dan diterima oleh semua orang.

Hak dan Izin  |  Syarat dan Ketentuan  |  Kebijakan Privasi