Mazmur 1 – 50
oleh Mike RaiterZaman sekarang, orang yang ingin tahu cara memperoleh keselamatan biasanya bertanya, “Apa yang harus kulakukan agar masuk surga?” atau “Bagaimana cara mendapatkan hidup kekal?” Kita pun menjawabnya dengan Kabar Baik tentang karya keselamatan oleh Tuhan Yesus. Namun, dalam Perjanjian Lama, konsep serupa dikemukakan dengan sedikit berbeda.
Bangsa Israel percaya bahwa bait Allah di Yerusalem, sebuah kota di atas bukit, merupakan lambang keberadaan Allah di antara mereka. Mendaki gunung Allah sama dengan memasuki hadirat-Nya. Dalam Mazmur 15, Daud bertanya, “Siapa yang boleh diam di gunung-Mu yang kudus?” (ay.1). Artinya, “Siapa yang boleh tinggal dalam hadirat-Mu selamanya?” Jawabannya tidaklah mengejutkan.
Bangsa Israel adalah umat pilihan Allah, diselamatkan dari perbudakan di Mesir dan dibebaskan untuk menjadi bangsa-Nya yang kudus. Selama hidup dalam kekudusan, mereka dapat tetap tinggal di negeri yang Allah berikan dan berdiam dalam hadirat-Nya (Ulangan 11:8-9). Alkitab biasanya memakai kata “berjalan” untuk menggambarkan hidup yang berkenan kepada Allah (bdk. Mazmur 1:1). Daud menggambarkan hubungan baik yang harus kita bina sembari kita hidup dengan sesama: tidak menyebarkan fitnah dan tidak berbuat jahat (15:3), menepati janji (ay.4), dan tidak mencurangi orang miskin (ay.5).
Frasa “berlaku tidak bercela” (ay.2) terkesan bermakna “orang yang sempurna”, tetapi bukan demikian artinya. Itu adalah istilah Alkitab untuk menggambarkan konsistensi hidup seseorang. Inilah iman yang benar menurut Alkitab.
Dalam Khotbah di Bukit, Yesus menjelaskan mazmur Daud ini dengan lebih terperinci. Dia mengajarkan pentingnya memegang sumpah (Matius 5:33-37), berbuat baik (7:12) dan memperhatikan yang berkekurangan (6:3). Inilah ciri orang yang mengalami keselamatan Allah dan hidup menurut hukum-Nya. Hidup yang mengasihi sesama adalah respons atas Allah Mahapengasih yang telah memberikan rahmat-Nya kepada kita. ”Siapa yang berlaku demikian, tidak akan goyah selama-lamanya” (Mazmur 15:5).
Dalam Titus 1:6-9, Paulus memberikan daftar syarat menjadi penatua. Sama seperti Mazmur 15:2, hal pertama yang ia sebutkan adalah “tidak bercacat” (Titus 1:6). Apa artinya tidak bercacat, dan mengapa hidup yang seperti ini sangat penting bagi Allah?
Perlakuan kita kepada orang lain harus mencerminkan perlakuan Allah kepada kita. Apa saja contohnya?
Anda dapat memberi dampak yang berarti
Persembahan kasih seberapa pun memampukan Our Daily Bread Ministries untuk menjangkau orang-orang dengan hikmat Alkitab yang mengubah hidup.
Komentar (0)