Mazmur 1 – 50
oleh Mike RaiterPernahkah Anda menghadapi musuh yang sesungguhnya? Tentu ada orang-orang tertentu yang tidak terlalu akur dengan kita, bahkan membenci kita. Namun, sebagian besar dari kita tidak punya musuh yang benar-benar hendak mencelakai kita, bukan? Daud menghadapi musuh yang membahayakan nyawanya.
Sebagai raja dari sebuah bangsa yang kecil, Daud memahami bahwa dirinya dikelilingi oleh musuh-musuh yang gemar berperang, tidak bersahabat, dan penuh kecurigaan. Salah satu tugas penting seorang raja adalah melindungi dan menjaga rakyatnya dengan memimpin pasukan di medan perang. Sebelumnya, Daud meminta kelepasan dari Allah, kini ia mengucap syukur atas perlindungan yang telah diterima (Mazmur 9:3).
Oleh anugerah dan kuasa Allah, selama Daud memerintah, Israel dikenal sebagai bangsa yang jaya dan makmur. Tuhan memberi kemenangan atas musuh-musuh mereka. Dia menyatakan kebenaran-Nya dengan menyingkirkan orang-orang jahat (ay.6), dan dengan demikian memenuhi janji-janji-Nya kepada leluhur Israel (lihat Kejadian 12:3).
Gereja Allah memang bukan suatu negara dengan tatanan politik seperti Israel, dan raja kita, Tuhan Yesus, memerintah dari surga atas kerajaan rohani. Namun, dari Mazmur ini kita bisa mempelajari tiga hal.
Pertama, sebagai orang Kristen, kita tahu bahwa musuh kita yang sesungguhnya bukanlah darah dan daging (sesama manusia), melainkan kekuatan dan kuasa spiritual (Efesus 6:12). Dalam Mazmur 9, perkataan Daud tentang musuh-musuhnya memberi kesan bahwa mereka sudah kalah telak: “Nama mereka telah Kauhapuskan untuk seterusnya dan selama-lamanya” (ay.6), walaupun di kemudian hari, musuh-musuh Israel masih terus menindas mereka. Demikian pula, kita tahu bahwa kuasa-kuasa jahat telah dikalahkan oleh kematian Yesus di kayu salib, tetapi saat ini mereka masih terus menjajah dan berupaya menyesatkan kita. Namun, seperti Daud, kita pun memiliki penghiburan bahwa Tuhan adalah “tempat perlindungan pada waktu kesesakan” (ay.9) dan akhirnya Dia akan menyelamatkan kita.
Kedua, Daud menggambarkan orang-orang yang mengenal Tuhan (ay.11) sebagai “orang yang terinjak” (ay.10), yang mencari Tuhan (ay.11), yang “tertindas” (ay.13), “sengsara” dan “miskin” (ay.19). Semua istilah itu mengungkapkan kelemahan rohani kita dan menyatakan kebergantungan kita sepenuhnya kepada Allah. Kita harus senantiasa menyadari ketidakberdayaan diri agar setiap hari kita datang kepada Allah yang “bersemayam untuk selama-lamanya” (ay.8) dan takkan pernah meninggalkan ataupun melupakan kita.
Ketiga, Mazmur 9 mengingatkan kita bahwa Allah “menghakimi dunia dengan keadilan dan mengadili bangsa-bangsa dengan kebenaran” (ay.9). Penghakiman itu ada yang terjadi dalam kehidupan ini (ay.16-17) tetapi pasti dalam penghakiman terakhir kelak. Orang-orang benar memiliki keyakinan besar bahwa tidak akan lagi “hilang harapan” (ay.19). Kebenaran ini menguatkan Daud untuk “bersukacita dan bersukaria” (ay.3) serta membuat himpunan besar orang banyak di surga bernyanyi, “Haleluya!” (Wahyu 19:1-3).
Bacalah Mazmur 9 sekali lagi dan tulis-kan apa saja karakter dan karya Allah yang disebutkan di sana.
Daud berulang kali mengajak umat Allah untuk menceritakan perbuatan-Nya yang ajaib (ay.2,12,15). Bagaimana, di mana, dan apa yang dapat kita ceritakan kepada orang lain?
Anda dapat memberi dampak yang berarti
Persembahan kasih seberapa pun memampukan Our Daily Bread Ministries untuk menjangkau orang-orang dengan hikmat Alkitab yang mengubah hidup.
Komentar (0)