Mazmur 1 – 50
oleh Mike RaiterPenyakit tidak selalu merupakan bentuk hukuman atas dosa. Yesus meluruskan pandangan keliru itu dalam Yohanes 9:1-3. Namun, adakalanya penyakit juga merupakan akibat dosa. Sejak Mazmur 38, Daud telah merenungkan keberdosaannya dan mengakui bahwa hal itu dapat mengakibatkan penderitaan jasmani (cth. 38:4-9). Jadi, ketika jatuh sakit, adalah bijaksana untuk menyelidiki hati kita dan melihat apakah ada dosa yang perlu diakui.
Daud telah menyelidiki hatinya dan mengakui dosanya (Mazmur 41:5). Dosa terjadi bukan hanya ketika kita melakukan pelanggaran, tetapi juga saat kita tidak melakukan kebenaran. Daud memang berdosa, tetapi dalam hal kepedulian terhadap orang lemah, ia tetap setia (ay.2). Jika kita tidak menolong orang lemah yang membutuhkan, bagaimana kita bisa meminta pertolongan Allah? Daud, yang mungkin sedang sakit parah ketika menulis mazmur ini, percaya bahwa Tuhan akan berbelas kasihan dan memulihkannya (ay.3-4), sama seperti ia telah berbelas kasih kepada yang lemah (ay.13).
Kabar tentang penyakit Daud telah tersiar sehingga ia menerima kunjungan pelawat. Namun, ada sebagian tamu yang munafik. Di hadapan Daud, mereka berpura-pura sedih dan prihatin, tetapi begitu pergi, mereka bergabung dengan musuh-musuh Daud dan menertawakan keadaannya, yakin bahwa ia akan segera mati (ay.6-10). Dalam Injilnya, Yohanes menulis bahwa Mazmur 41:10 digenapi dalam pengkhianatan Yudas terhadap Yesus (Yohanes 13:18). Ia adalah sahabat Sang Raja, Tuhan Yesus, yang berpura-pura setia tetapi bersekongkol dengan musuh-musuh-Nya. Di sini, sekali lagi tampak bahwa Yesus dan para penulis Perjanjian Baru memandang Perjanjian Lama, khususnya Mazmur, merujuk kepada Yesus dan digenapi dalam kehidupan serta pelayanan-Nya.
Mazmur 41 adalah pasal terakhir dalam jilid pertama kitab Mazmur. Penutupnya berupa seruan puji-pujian, sama seperti empat jilid lainnya. Sepanjang jilid pertama ini, Daud telah membagikan suka-dukanya, pergumulan dosa dan ketaatannya, saat-saat ketika ia berjalan dekat dengan Allah dan juga ketika ia merasa ditinggalkan. Namun, pada akhirnya terucaplah kata-kata pujian, “Terpujilah Tuhan, Allah Israel, dari selama-lamanya sampai selama-lamanya! Amin, ya amin” (ay.14). Inilah kesaksian setiap orang percaya.
Mengapa Alkitab sangat mementingkan kepedulian terhadap kaum yang lemah dan miskin? Bagaimana kita dapat melakukannya dengan tulus dan setia?
Dari mazmur ini dan yang lainnya, apa yang dapat kita pelajari tentang reaksi yang benar terhadap penyakit?
Anda dapat memberi dampak yang berarti
Persembahan kasih seberapa pun memampukan Our Daily Bread Ministries untuk menjangkau orang-orang dengan hikmat Alkitab yang mengubah hidup.
Komentar (0)