Mazmur 1 – 50
oleh Mike RaiterDi sekolah Alkitab yang dahulu saya layani, pernah diadakan “penilaian kinerja pegawai” setiap akhir tahun, sesuatu yang lazim dilakukan oleh banyak organisasi lain. Evaluasi tersebut dapat memberikan penguatan bagi mereka yang sudah bekerja keras dan teguran bagi yang belum bekerja maksimal.
Mazmur 50 menutup perjalanan kita menyusuri kitab Mazmur bagian pertama. Di sini digambarkan adegan seperti di ruang pengadilan. Tuhan memanggil seisi langit dan bumi untuk berkumpul dan menyaksikan pengadilan tersebut (ay.1). Allah menjadi hakim (ay.4), dan Dia menakutkan. Dia tidak duduk diam dengan jubah-Nya, tetapi dikelilingi oleh badai dan amukan api (ay.3). Di hadapan-Nya adalah bangsa Israel, orang-orang pilihan-Nya (ay.5).
Pertama, Allah berbicara secara umum kepada semua umat-Nya (ay.7-15). Sebagai bagian dari perjanjian, mereka diwajibkan untuk memberikan persembahan korban (lihat Imamat 1:1–6:7). Korban-korban wajib itu sebenarnya merupakan simbol keadaan rohani kita. Sama seperti kegiatan ibadah Kristen, misalnya sakramen Perjamuan Kudus, hal yang terpenting adalah sikap hati, bukan tindakan lahiriah. Umat Israel menjalankan kewajiban korban dengan teliti, tetapi mereka lupa memberikan persembahan yang lebih baik, yaitu hati yang percaya dan bersyukur (Mazmur 50:14).
Allah tidak membutuhkan pengorbanan kita, kitalah yang membutuhkan-Nya. Dia ingin agar kita bergantung pada-Nya, seperti yang dikatakan-Nya, “Berserulah kepada-Ku pada waktu kesesakan” (ay.15).
Dalam ayat 16 sampai 22, Allah berbicara langsung kepada orang fasik di Israel. Dia menyingkapkan kemunafikan mereka. Orang-orang itu mengucapkan hukum-hukum Allah dengan bibirnya (ay.16) tetapi melanggar perintah tentang pencurian, perzinahan, dan mengucapkan saksi palsu (ay.18-20; lihat Keluaran 20:14-16). Kini mereka didakwa di ruang pengadilan Allah. Namun, masih ada waktu untuk berubah. “Perhatikanlah ini” sebelum penghakiman datang (Mazmur 50:22).
Memang pantas, Mazmur 50 (dan buku ini) berakhir dengan rangkuman tentang apa yang Allah kehendaki atas umat-Nya. Ia menghendaki persembahan korban—bukan lembu atau domba jantan, melainkan hati yang penuh syukur. Betapa kita lebih bersyukur kepada Allah yang telah menebus kita dengan mengaruniakan Anak-Nya, seperti kata Mazmur 49. Hati yang penuh syukur terwujud dalam cara hidup yang tak bercela. Allah, Hakim kita, tidak akan mendakwa kita. Sebaliknya, kita akan menerima janji-Nya dalam Mazmur 50:23, “Keselamatan yang dari Allah akan Kuperlihatkan kepadanya.”
Apa saja kebiasaan-kebiasaan Kristen yang mudah bergeser menjadi ritual agamawi tetapi kehilangan makna dan tujuan yang sebenarnya?
Dua kali Allah mengatakan bahwa Dia berkenan pada korban ucapan syukur (Mazmur 50:14,23). Setelah mengakhiri perjalanan kita menelusuri bagian pertama kitab Mazmur, ambillah waktu untuk menaikkan ucapan syukur dan puji-pujian kepada Allah, Penebus, Raja, dan Hakim kita yang agung.
Anda dapat memberi dampak yang berarti
Persembahan kasih seberapa pun memampukan Our Daily Bread Ministries untuk menjangkau orang-orang dengan hikmat Alkitab yang mengubah hidup.
Komentar (0)